MINUMAN KERAS YANG BERUJUNG KEONARAN

Tahun 1990 Banjar atau Desa Pakraman Sareseda menerapkan awig-awig (peraturan) yang mengharuskan seseorang yang melakukan tindak kekerasan, kesewenangan dan tindakan menyimpang lainnya di kawasan banjar untuk menggelar pecaruan bulang kalung atau ritual mengaturkan hewan kurban berupa bebek dan ayam lima warna.
Kelian Dinas dan Adat Banjar Sareseda, I Wayan Sutarwa mengatakan, sebelum adanya peraturan tersebut, mengonsumsi minuman keras hingga berujung keonaran menjadi hal lumrah di Banjar Sareseda.

Terlebih lagi, geografis banjar ini berada pada ketinggian 875 meter di atas pemukaan laut. Selain itu, banyaknya pohon perindang, membuat udara di sana selalu dingin.
Udara yang selalu dingin tersebut menyebabkan warga tidak bisa lepas dari minuman keras, seperti arak. Di mana tujuan utama mengkonsumsi minuman ini bertujuan untuk menghangatkan tubuh. Namun sering warga mengkonsumsi minuman secara berlebihan, akhirnya mabuk dan membuat onar.
Sampai-sampai prajuru selalu kewalahan dan pasrah setiap hari mengurusi para pemabuk-pemabuk itu. Sebab tidak ada yang bisa dijadikan acuan untuk menakut-nakuti mereka," ungkap Sutarwa.
Namun, setelah adanya awig-awig yang memberatkan para peminum, tepatnya pada tahun 1990, secara berangsur-angsur, pemabuk pun berkurang. (*)

BANDARPOKER I POKER I ADUQ I DOMINIQQ I BANDARQ I CAPSASUSUN I SAKONG